Seolah penyakit yang mewabah, merebak dan merajalela, orang-orang yang ada sedikit nyali/keberanian, relasi, dan asset kekayaan, seolah-olah tidak ada rasa canggung dan takut lagi dan merasa layak mencalonkan dan mengajukan diri menjadi pemimpin, baik pemimpin tingkat nagari, hingga negeri yakni presiden. Menjadi pemimpin seolah-olah adalah jabatan yang boleh diperebutkan. Belum lagi yang mencalonkan diri jadi anggota legislatif alias wakil rakyat. Padahal betapa besar dan beratnya tanggung jawab seorang pemimpin itu, baik di dunia maupun di akhirat.
Salah satu fenomena yang sering dibahas dan dikaitkan dan semakin merajalela adalah Fenomena kemiskinan dan Pengemis jalanan yang sudah merata di beberapa kota di Indonesia. Baik Kota Besar maupun Kota Kecil.
Sebenarnya Boleh tidak sih mengemis dalam Islam?
Sebenarnya dalam Islam tidak dilarang mengemis, cuma diberitahu; sendainya mereka tahu akibat mengemis itu di akhirat, karena merasa malunya hingga terlepas daging pipi. Di dunia lagi sudah mendapat kehinaan apalagi di akhirat sana.
Sebenarnya Siapa sih yang bertanggung jawab terhadap pengemis dan orang-orang miskin?
Kalangan yang bertanggung jawab adalah orang-orang terdekat dan ada hubungan famili, tetangga dan masyarakat sekitar, dan pemerintah.
1) Lapisan pertama yang bertanggung jawab menangani gejala sosial ini adalah lingkungan keluarga dan sanak famili, baik yang memiliki hubungan darah langsung atau tidak. Bertanggung jawab terhadap kebajikan makan minum dan menyediakan tempat tinggal terhadap orang-orang yang dianggap tidak mampu lagi mencari nafkah.
2) Masyarakat sekitar tempat tinggal juga bertanggung jawab jika yang bersangkutan sudah tidak lagi memiliki sanak famili dan keluarga. Apakah akan membiarkan saja menyaksikan salah satu atau beberapa anggota masyarakatnya menderita. Pelaksanaannya bisa dikoordinir atau secara individual yang mampu.
3) Jika pihak-pihak yang tersebut di atas tidak sanggup lagi maka pemerintah adalah yang paling bertanggung jawab menyelesaikan segalah kebajikan mereka yang asas dan pokok. Makanya bukan mudah dan gampang menjadi pemimpin.
Contohlah Malaysia dalam menangani Kemiskinan
Malaysia adalah negara yang patut menjadi contoh dalam beberapa hal, baik dalam pembangunan material maupun dalam penanganan sosial. Dalam kasus menangani kemiskinan dan pengemis ini di sana cukup mendapat perhatian pemerintah. Maraknya berdiri Lembaga-lembaga sosial yang menangani kaum dhuafa. Jangan harap dikasih ketika mengemis, yang ada malah ditanggap. Bahkan para tunanetra yang mengemis dia akan menjual tissu, sebagai alasan berjualan atau berniaga sebagai usaha mencari nafkah. Itu para tunanetra. Namun beberapa orang faham, maka mereka akan memberi bantuan seadanya saja. Mungkin ada yang memberi RM 10 atau 20 puluh atau 1 ringit (Rp 3000,-an). Di sisi lain edukasi dan sosialisasi terhadap masyarakat yang menyadarkan untuk tidak mengemis.
Salah satu fenomena yang sering dibahas dan dikaitkan dan semakin merajalela adalah Fenomena kemiskinan dan Pengemis jalanan yang sudah merata di beberapa kota di Indonesia. Baik Kota Besar maupun Kota Kecil.
Sebenarnya Boleh tidak sih mengemis dalam Islam?
Sebenarnya dalam Islam tidak dilarang mengemis, cuma diberitahu; sendainya mereka tahu akibat mengemis itu di akhirat, karena merasa malunya hingga terlepas daging pipi. Di dunia lagi sudah mendapat kehinaan apalagi di akhirat sana.
Sebenarnya Siapa sih yang bertanggung jawab terhadap pengemis dan orang-orang miskin?
Kalangan yang bertanggung jawab adalah orang-orang terdekat dan ada hubungan famili, tetangga dan masyarakat sekitar, dan pemerintah.
1) Lapisan pertama yang bertanggung jawab menangani gejala sosial ini adalah lingkungan keluarga dan sanak famili, baik yang memiliki hubungan darah langsung atau tidak. Bertanggung jawab terhadap kebajikan makan minum dan menyediakan tempat tinggal terhadap orang-orang yang dianggap tidak mampu lagi mencari nafkah.
2) Masyarakat sekitar tempat tinggal juga bertanggung jawab jika yang bersangkutan sudah tidak lagi memiliki sanak famili dan keluarga. Apakah akan membiarkan saja menyaksikan salah satu atau beberapa anggota masyarakatnya menderita. Pelaksanaannya bisa dikoordinir atau secara individual yang mampu.
3) Jika pihak-pihak yang tersebut di atas tidak sanggup lagi maka pemerintah adalah yang paling bertanggung jawab menyelesaikan segalah kebajikan mereka yang asas dan pokok. Makanya bukan mudah dan gampang menjadi pemimpin.
Contohlah Malaysia dalam menangani Kemiskinan
Malaysia adalah negara yang patut menjadi contoh dalam beberapa hal, baik dalam pembangunan material maupun dalam penanganan sosial. Dalam kasus menangani kemiskinan dan pengemis ini di sana cukup mendapat perhatian pemerintah. Maraknya berdiri Lembaga-lembaga sosial yang menangani kaum dhuafa. Jangan harap dikasih ketika mengemis, yang ada malah ditanggap. Bahkan para tunanetra yang mengemis dia akan menjual tissu, sebagai alasan berjualan atau berniaga sebagai usaha mencari nafkah. Itu para tunanetra. Namun beberapa orang faham, maka mereka akan memberi bantuan seadanya saja. Mungkin ada yang memberi RM 10 atau 20 puluh atau 1 ringit (Rp 3000,-an). Di sisi lain edukasi dan sosialisasi terhadap masyarakat yang menyadarkan untuk tidak mengemis.